Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...
Kisah Abdullah bin Abdul Muthalib dan Wanita Misterius di Ka'bah: Ketika Cahaya Kenabian Berpindah
Kisah menarik Abdullah, ayah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang ditolak wanita misterius setelah menikahi Aminah. Cahaya kenabian pun berpindah.
BLOGSEJARAHSIRAH NABAWIYAHARTIKELJEJAK RASUL
Ibnu Khidhir
8/21/20253 min baca
1. Pertemuan Abdullah dengan Wanita Misterius di Ka'bah
Suatu hari di Makkah, Abdul Muthalib—pemuka Quraisy—berjalan menggandeng putranya, Abdullah bin Abdul Muthalib, menuju rumah seorang bangsawan Quraisy untuk menjodohkannya. Saat melewati Ka'bah, mereka bertemu seorang wanita dari Bani Asad bin Abdul Uzza, saudari Waraqah bin Naufal—seorang rahib Kristen yang memahami kitab-kitab langit.
Melihat Abdullah, wanita itu langsung terpukau oleh ketampanan dan pancaran cahaya dari wajahnya. Dengan penuh ketertarikan ia bertanya:
“Wahai Abdullah, ke mana engkau hendak pergi?”
“Aku sedang berjalan bersama ayahku,” jawab Abdullah.
Wanita itu lalu berkata dengan niat yang amat terbuka:
“Aku rela memberikan apa pun kepadamu, sebagaimana besar pengorbanan yang pernah dilakukan untukmu, asal engkau berkenan menjadi milikku malam ini juga.”
Namun, Abdullah dengan santun menolak. Ia menjawab bahwa ia sedang bersama ayahnya dan tidak mungkin membangkang. Ia memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan.
2. Pernikahan Abdullah dan Aminah: Cahaya Kenabian yang Terpancar
Perjalanan mereka berakhir di rumah Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah, salah satu tokoh terhormat dari Bani Zuhrah di Makkah. Di sanalah Abdullah dinikahkan dengan putri Wahb, Aminah binti Wahb, wanita yang juga berasal dari Makkah dan memiliki nasab yang sangat mulia di kalangan Quraisy.
Setelah pernikahan, Abdullah resmi menjadi suami Aminah. Pada malam itu, mereka menjalani awal kehidupan rumah tangga yang diberkahi. Tak lama berselang, Aminah pun mulai merasakan tanda-tanda kehamilan. Dari pernikahan mulia itu, Allah menetapkan bahwa ia akan mengandung seorang anak luar biasa, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beberapa hari kemudian, Abdullah kembali melewati wanita misterius di Ka'bah. Kali ini, ia bertanya kepadanya:
“Mengapa engkau tidak menyapaku lagi seperti sebelumnya?”
Wanita itu memandangnya sejenak, lalu berkata:
“Cahaya yang kulihat darimu kemarin telah tiada. Ia telah berpindah, dan aku tak lagi membutuhkanmu.”
Wanita itu paham bahwa cahaya kenabian yang ia lihat sebelumnya telah berpindah dari Abdullah ke dalam rahim Aminah. Ia mengetahui tanda-tanda tersebut dari saudaranya, Waraqah bin Naufal, yang telah mempelajari nubuat dalam kitab-kitab suci sebelumnya.
3. Pelajaran dari Sebuah Penundaan
Ibnu Ishaq juga meriwayatkan kisah lain tentang Abdullah. Suatu hari, setelah bekerja di ladangnya, Abdullah yang masih berdebu dan berkeringat mendatangi seorang wanita lain yang ia cintai dan memintanya untuk menikah. Namun wanita itu enggan menanggapi, karena penampilan Abdullah tampak tidak rapi.
Abdullah pun pulang, mandi, bersuci, dan mengenakan pakaian terbaiknya. Dalam perjalanan menuju rumah Aminah, ia kembali melewati wanita itu. Melihat perubahan pada Abdullah, wanita itu pun memanggilnya dan berkata:
“Sekarang, maukah engkau menikah denganku?”
Namun, Abdullah menolaknya dan terus berjalan menuju rumah Aminah. Malam itu, Allah tetapkan Abdullah dan Aminah menjadi pasangan suami istri. Dari pernikahan tersebut, lahirlah seorang manusia yang paling mulia—Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Keesokan harinya, Abdullah kembali melewati wanita itu. Ia bertanya:
“Apakah kini engkau masih tertarik padaku?”
Wanita itu menjawab dengan jujur:
“Dahulu aku melihat pada dirimu cahaya putih yang memancar dari kedua matamu. Aku yakin itu adalah tanda kenabian. Tapi kini cahaya itu telah tiada. Maka aku pun tak lagi memiliki keinginan seperti kemarin.”
Wanita itu merasa telah melewatkan kesempatan yang amat langka—mendekati seseorang yang menjadi ayah dari nabi terakhir umat manusia.
4. Nasab Terhormat dan Awal Misi Kenabian
Kisah ini menjadi penegasan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah keturunan Quraisy yang paling mulia, baik dari jalur ayah maupun ibunya. Ayahnya, Abdullah, berasal dari Bani Hasyim, sementara ibunya, Aminah, dari Bani Zuhrah. Keduanya merupakan cabang dari suku Quraisy yang memiliki silsilah sampai ke Fihr bin Malik, nenek moyang bangsa Quraisy.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah memilih dari keturunan Ibrahim adalah Ismail, dari Ismail adalah Kinanah, dari Kinanah adalah Quraisy, dari Quraisy adalah Bani Hasyim, dan dari Bani Hasyim adalah aku.”
(HR. Muslim)
Dengan demikian, tidak ada keraguan bahwa beliau dilahirkan dari keturunan yang paling suci dan terhormat—yang bahkan dikenali oleh ahli kitab melalui tanda-tanda fisik dan spiritual, seperti cahaya kenabian yang memancar dari ayahnya, Abdullah.
Referensi:
Sirah Ibnu Ishaq, melalui ringkasan Ibnu Hisyam
Tarikh Ath-Thabari, tentang nasab Nabi dan peristiwa menjelang kelahiran
Al-Bidayah wa An-Nihayah karya Ibnu Katsir
Shahih Muslim, tentang sabda Nabi mengenai silsilahnya