Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...
Perlukah Belajar Bahasa Arab Sebelum Umrah? Fakta Terbaru untuk Jamaah Indonesia
Jamaah Indonesia kini tidak wajib belajar bahasa Arab sebelum umrah. Berkat program BIPA, warga Arab Saudi banyak yang bisa berbahasa Indonesia. Fokus jamaah bisa tetap pada ibadah dan pengalaman spiritual.
BLOGOPINIINSPIRASIARTIKELBERITAUMRAH MANDIRITIPS
Ibnu Khidhir
9/8/20253 min baca


Umrah dan Kekhawatiran Bahasa
Bagi banyak umat Muslim Indonesia, perjalanan umrah adalah pengalaman spiritual yang sangat istimewa. Namun, ada satu kekhawatiran yang kerap muncul sebelum keberangkatan: bahasa.
Selama ini, banyak orang berpikir bahwa belajar bahasa Arab adalah keharusan agar bisa membaca doa dengan benar, berinteraksi dengan warga lokal, atau memahami tata cara ibadah secara lebih mendalam. Kekhawatiran ini wajar, karena beberapa dekade lalu kendala bahasa memang menjadi masalah bagi jamaah. Banyak calon jamaah merasa perlu menghafal doa-doa, menguasai kosakata Arab dasar, atau bahkan belajar percakapan sehari-hari agar tidak bingung saat berada di tanah suci.
Namun, kondisi saat ini berbeda. Banyak warga Arab Saudi, khususnya di kota-kota suci Makkah dan Madinah, kini sudah menguasai bahasa Indonesia. Hal ini membuat jamaah dari Indonesia tidak lagi menghadapi hambatan komunikasi yang signifikan. Berinteraksi dengan masyarakat lokal dan berbagai layanan publik menjadi lebih mudah, sehingga kekhawatiran soal bahasa dapat dikurangi secara drastis.
Fenomena Bahasa Indonesia di Arab Saudi
Arab Saudi kini semakin ramah bagi jamaah Indonesia karena banyak warga lokal yang bisa berbahasa Indonesia, terutama berkat program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Program ini diselenggarakan oleh pemerintah Arab Saudi untuk melatih warga lokal agar dapat berinteraksi dengan jamaah Indonesia secara lancar, sopan, dan efektif.
Program BIPA mencakup pembelajaran kosakata sehari-hari, frase yang sering digunakan dalam konteks ibadah, serta etiket berkomunikasi yang sesuai dengan budaya lokal. Hasilnya, jamaah Indonesia bisa lebih nyaman dalam berbagai interaksi selama umrah.
Akibat fenomena ini, jamaah dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak tanpa harus menguasai bahasa Arab, di antaranya:
Petugas Bandara: Proses pemeriksaan paspor, bagasi, dan informasi penerbangan kini banyak yang dapat dijelaskan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini membuat kedatangan dan keberangkatan jamaah lebih lancar tanpa kebingungan prosedur.
Supir Taksi dan Bus: Supir transportasi lokal sering menguasai bahasa Indonesia sehingga jamaah dapat menunjukkan alamat hotel, menanyakan tarif, dan memastikan rute perjalanan dengan mudah.
Pelayan Hotel dan Restoran: Komunikasi terkait check-in, pemesanan makanan, permintaan layanan kamar, atau informasi fasilitas hotel menjadi lebih sederhana dan aman.
Petugas Masjid dan Volunteer Jamaah: Di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, petugas informasi dan volunteer banyak yang mampu berbahasa Indonesia. Jamaah dapat memperoleh arahan tentang fasilitas, jadwal shalat, atau informasi umum masjid tanpa kesulitan bahasa.
Selain itu, pusat layanan jamaah dan area publik kini menampilkan signage dan pengumuman dalam bahasa Indonesia, memudahkan orientasi jamaah di lingkungan masjid, hotel, dan fasilitas umum.
Dampak Nyata Program BIPA
Dampak dari program BIPA bagi jamaah Indonesia sangat nyata. Komunikasi selama umrah menjadi lebih lancar, alami, dan jamaah merasa lebih nyaman. Berikut beberapa contoh konkret:
Proses Kedatangan Lebih Efisien: Petugas bandara dan pusat informasi yang menguasai bahasa Indonesia membuat proses imigrasi, pengambilan bagasi, dan penunjuk arah lebih cepat dan minim stres.
Transportasi yang Aman dan Nyaman: Supir taksi dan bus yang memahami bahasa Indonesia membantu jamaah menemukan alamat hotel atau lokasi ibadah tanpa kebingungan, sekaligus menurunkan risiko tersesat.
Pelayanan Hotel Lebih Mudah: Petugas hotel yang bisa berbahasa Indonesia mempermudah check-in/check-out, pemesanan makanan, permintaan layanan kamar, dan informasi fasilitas hotel.
Pengalaman Ibadah Lebih Tenang: Petugas dan volunteer di masjid yang berbahasa Indonesia membantu jamaah memahami fasilitas dan aturan masjid, sehingga jamaah bisa fokus pada ibadah tanpa harus menebak atau bingung.
Dengan adanya BIPA, interaksi sehari-hari menjadi lebih efisien dan jamaah merasa lebih aman. Kekhawatiran soal bahasa, yang dulu menjadi hambatan besar, kini hampir tidak ada lagi.
Bahasa Arab: Bukan Sebuah Keharusan
Secara praktis, untuk kebutuhan sehari-hari selama umrah, bahasa Arab tidak lagi menjadi syarat mutlak. Jamaah Indonesia dapat menjalani ibadah dengan lancar tanpa harus menguasai bahasa Arab, karena hampir semua kebutuhan komunikasi dasar—dari bandara, transportasi, hotel, hingga masjid—dapat dipenuhi dengan bahasa Indonesia.
Beberapa keuntungan dari kenyataan ini:
Fokus pada Ibadah: Jamaah bisa sepenuhnya berkonsentrasi pada doa, tawaf, sa’i, dan dzikir, tanpa terganggu masalah komunikasi.
Perjalanan Lebih Nyaman: Tidak perlu pusing memikirkan cara menanyakan alamat atau mengatasi kendala transportasi.
Efisiensi Waktu: Aktivitas sehari-hari, seperti check-in hotel, membeli makanan, atau menanyakan jadwal shalat, menjadi lebih cepat dan mudah.
Tentunya, bagi yang ingin mendalami bahasa Arab untuk alasan spiritual atau pengalaman budaya, belajar bahasa Arab tetap menjadi nilai tambah. Namun dari sisi praktis, jamaah Indonesia tidak lagi wajib menguasainya.
Fokus Utama Jamaah Indonesia
Dengan kenyataan ini, calon jamaah Indonesia dapat lebih fokus pada:
Persiapan Spiritual: Membaca doa, dzikir, dan memahami tata cara ibadah.
Persiapan Fisik: Menjaga stamina untuk menunaikan ibadah dengan maksimal.
Pengalaman Sosial: Berinteraksi dengan jamaah lain dari berbagai negara, memanfaatkan bahasa Indonesia yang banyak dikuasai petugas dan masyarakat lokal.
Belajar bahasa Arab sebelum umrah tidak lagi menjadi kewajiban bagi jamaah Indonesia. Program BIPA dari pemerintah Arab Saudi telah membuat warga lokal di kota suci banyak yang bisa berbahasa Indonesia, termasuk petugas bandara, supir transportasi, pelayan hotel, dan volunteer masjid.
Dampak BIPA sangat nyata: komunikasi selama umrah menjadi lancar, alami, dan jamaah merasa lebih nyaman. Fokus jamaah dapat tetap pada ibadah dan pengalaman spiritual, sementara bahasa Arab menjadi nilai tambah pribadi, bukan kebutuhan mutlak.
Dengan kenyamanan ini, perjalanan umrah menjadi lebih efisien, aman, dan tenang, memberikan pengalaman ibadah yang mendalam dan bermakna bagi jamaah Indonesia.