Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...

Arafah dan Kemuliaan Manusia: Bagaimana Allah Menjawab Keraguan Malaikat

Momen agung di Arafah ini adalah salah satu waktu di mana Allah membanggakan ciptaan-Nya di hadapan para malaikat—sebuah jawaban indah atas keraguan malaikat ketika manusia pertama kali diciptakan.

BLOGARTIKEL

Ibnu Khidhir

6/8/20252 min baca

Allah Membanggakan Hamba-Nya di Arafah: Jawaban Atas Keraguan Malaikat Saat Penciptaan Manusia

Hari Arafah adalah puncak spiritual dalam rangkaian ibadah haji. Pada hari itu, jutaan jamaah berdiri (wukuf) di Padang Arafah, memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Tidak banyak yang menyadari, bahwa momen agung di Arafah ini adalah salah satu waktu di mana Allah membanggakan ciptaan-Nya di hadapan para malaikat—sebuah jawaban indah atas keraguan malaikat ketika manusia pertama kali diciptakan.

Ketika Malaikat Bertanya tentang Penciptaan Manusia

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.' Mereka berkata: 'Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'"

Para malaikat, makhluk mulia yang selalu taat, merasa heran dan khawatir mengapa Allah hendak menciptakan makhluk yang berpotensi melakukan dosa, kerusakan, dan pertumpahan darah di bumi. Namun, Allah menegaskan, Dia Maha Tahu keistimewaan manusia, termasuk potensi iman, taubat, dan penghambaan yang sangat dalam.

Arafah: Saat Allah Membanggakan Ciptaan-Nya

Wukuf di Arafah adalah salah satu ibadah yang paling dicintai Allah. Dalam hadits sahih, Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidak ada hari di mana Allah membebaskan lebih banyak hamba dari neraka selain Hari Arafah. Dan sungguh, Allah mendekat lalu membanggakan mereka di hadapan para malaikat seraya berfirman: ‘Apa yang mereka inginkan dari-Ku?’"
(HR. Muslim)

Pada hari itu, jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia berkumpul dengan pakaian ihram sederhana, menanggalkan status, jabatan, dan perbedaan duniawi. Mereka berdiri di hadapan Allah, menangis, memohon ampun, dan berharap ridha-Nya. Inilah momen ketika Allah menunjukkan kepada malaikat, inilah ciptaan-Ku yang engkau ragukan—lihat bagaimana mereka kembali kepada-Ku, dengan penuh kerendahan hati dan air mata taubat.

Manusia: Makhluk yang Bisa Salah, Tapi Juga Bisa Bertaubat

Apa yang membuat Allah membanggakan manusia pada hari Arafah?
Bukan karena manusia tak pernah salah, tapi karena mereka mampu kembali, bertaubat, dan memperbaiki diri. Inilah makna mendalam ayat,

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
Allah tahu bahwa dalam diri manusia ada keindahan iman, harapan, dan kerendahan hati yang bahkan tak dimiliki malaikat.

Wukuf di Arafah adalah puncaknya. Di sana, manusia menangis karena dosa, menyadari kelemahan, dan berharap ampunan. Allah memuji dan membanggakan mereka di hadapan malaikat, membuktikan bahwa manusia yang dulu diragukan justru menjadi makhluk paling mulia ketika bertobat dan mengingat Allah dengan tulus.

Hikmah: Dari Arafah, Menjadi Manusia Seutuhnya

Hari Arafah adalah kesempatan langka. Tidak hanya bagi yang berhaji, tetapi juga bagi setiap Muslim yang berpuasa, berdoa, dan memperbanyak amal soleh pada hari itu.
Kita diingatkan untuk tidak putus asa dari rahmat Allah. Setiap tangis, taubat, dan doa yang tulus akan mengangkat derajat kita di hadapan-Nya.

Jadi, ketika Anda menengadahkan tangan di hari Arafah, ingatlah—Anda sedang menjadi kebanggaan Allah di hadapan para malaikat.
Allah menantikan taubat dan pengakuan kelemahan kita, untuk kemudian membebaskan kita dari dosa dan menyambut kita sebagai hamba yang kembali kepada-Nya.