Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...
Haji dalam Lintasan Sejarah Dunia
Jelajahi peran, perubahan, dan pengaruh ibadah haji sepanjang sejarah dunia—dari masa Nabi Ibrahim hingga era modern, penuh jejak spiritual dan budaya.
SEJARAHBLOGARTIKEL
Ibnu Khidhir
6/25/20253 min baca


Apa sebenarnya yang membedakan haji di Makkah dari perjalanan spiritual lain di muka bumi? Mengapa jutaan manusia dari beragam ras dan bangsa rela berbondong-bondong ke Makkah setiap tahun, sejak ribuan tahun silam hingga hari ini? Bukankah hampir setiap agama besar punya tradisi ziarah ke tempat suci: umat Kristen ke Yerusalem dan Vatikan, umat Hindu ke Sungai Gangga, umat Buddha ke Bodh Gaya atau Shwedagon, dan umat Yahudi ke Tembok Ratapan serta impian Kuil Sulaiman? Namun, ada keunikan dan kedalaman tersendiri pada haji yang menjadikannya tidak hanya ritual tahunan, tetapi juga peristiwa sejarah yang mewarnai perjalanan agama, budaya, dan politik dunia.
Pertama, haji adalah rukun wajib bagi setiap Muslim yang mampu, minimal sekali seumur hidup. Ia bukan sekadar ziarah sukarela, melainkan panggilan wahyu—perintah Allah yang bersifat universal dan abadi. Seluruh umat Islam di dunia berkiblat ke satu titik: Ka’bah sebagai poros tunggal. Tak ada ritual keagamaan lain yang skala dan sinkronisasinya menyamai haji: jutaan orang dari 180 lebih negara mengenakan ihram putih, menanggalkan identitas duniawi, dan berdiri sejajar di hadapan Allah pada waktu yang sama.
Ritual haji juga ditetapkan dengan sangat presisi oleh wahyu: thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, melontar jumrah—semua hanya sah dilakukan di lokasi dan waktu tertentu, tidak bisa diganti atau dialihkan ke tempat suci lain, bahkan ke kota Islam lain seperti Madinah atau Yerusalem. Dan pesan haji adalah persatuan serta kesetaraan: tidak ada perbedaan ras, suku, jabatan, atau kekayaan. Semua hamba—raja atau rakyat, kulit putih atau hitam—sama di sisi Allah, berpadu dalam ritual yang diwariskan sejak zaman Nabi Ibrahim.
Haji, dengan segala keunikan dan nilainya, telah membentuk sejarah, budaya, dan peradaban manusia. Ia bukan hanya perjalanan spiritual, tetapi juga transformasi sosial, politik, bahkan ekonomi, yang terus berdampak lintas generasi dan bangsa.
Mari menelusuri perjalanan agung haji dalam lintasan sejarah dunia, mulai dari zaman kuno hingga era digital saat ini.
1. Awal Mula Haji: Jejak Nabi Ibrahim dan Ka’bah
Asal-usul ibadah haji terpatri dalam sejarah para nabi, terutama Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Ka’bah yang berdiri megah di tengah gurun Makkah dibangun atas perintah Allah oleh Ibrahim dan Ismail, menjadi rumah ibadah pertama umat manusia (QS. Ali Imran: 96). Dari kisah pengorbanan Hajar mencari air, muncul sumur zamzam—hingga kini menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual haji. Panggilan haji bermula ketika Ibrahim menyeru manusia menziarahi Baitullah (QS. Al-Hajj: 27), seruan yang melintasi waktu dan benua, menandai pertemuan manusia dari segala penjuru di satu titik suci.
Pada masa pra-Islam, haji tetap berlangsung, meski nilai tauhid tercemar oleh penyembahan berhala akibat pengaruh Amr bin Luhay. Namun, Ka’bah tetap menjadi pusat ziarah, perdamaian, dan menahan peperangan antarkabilah selama musim haji. Kota Makkah dijaga sebagai tanah haram, sakral dan netral, bahkan dalam tradisi budaya Arab kuno.
2. Haji di Masa Nabi Muhammad SAW: Pemurnian dan Standarisasi
Kedatangan Nabi Muhammad SAW menandai babak baru dalam sejarah haji. Ritual-ritual jahiliyah yang bercampur syirik diluruskan. Fathu Makkah (Pembebasan Makkah) menjadi titik balik: Ka’bah dibersihkan dari ratusan berhala, dan ibadah haji dikembalikan ke akar tauhid.
Pada tahun ke-10 Hijriyah, Rasulullah menunaikan Haji Wada’, satu-satunya haji beliau sejak kenabian—yang menjadi standar abadi manasik hingga hari ini. Khutbah Wada’ di Arafah menegaskan persamaan manusia, larangan penindasan, perlindungan hak perempuan, dan penolakan diskriminasi ras serta suku. Momen ini mengubah haji dari ritual lokal menjadi peradaban global, dengan nilai-nilai universal yang terus menginspirasi hingga hari ini.
3. Haji di Masa Kekhalifahan dan Kerajaan Dunia
Seiring berkembangnya Islam, kekhalifahan—dari Umayyah, Abbasiyah, hingga Utsmani—berperan besar dalam menjaga, memperluas, dan memodernisasi jalur serta fasilitas haji. Setiap dinasti memperbaiki infrastruktur: memperluas Masjidil Haram, membangun sumur, rumah singgah, hingga melindungi jalur kafilah dari perampok gurun. Pada era Abbasiyah, haji menjadi simbol kejayaan dan hubungan diplomatik dunia Islam. Pada masa Utsmani, keamanan jalur haji dijaga ekstra ketat; kereta api Hijaz dibangun untuk mempercepat perjalanan jamaah dari Syam ke Makkah. Kehadiran peziarah dari seluruh dunia—China, Afrika, Eropa, Nusantara—membuktikan haji adalah peristiwa global, jembatan budaya dan ekonomi, serta simbol perdamaian antarbangsa yang tak tertandingi ziarah agama mana pun.
4. Haji di Era Kolonial: Tantangan dan Solidaritas Umat
Abad ke-19 dan 20 membawa tantangan baru. Negara-negara kolonial seperti Inggris, Belanda, dan Prancis mengatur ketat arus jamaah haji dari Asia dan Afrika, karena khawatir haji menjadi pusat pertukaran ide dan perlawanan. Perjalanan haji menjadi makin kompleks: tiket kapal uap, paspor, karantina, serta risiko penyakit dan penipuan. Namun, justru di era ini, solidaritas global umat Islam kian terasa. Haji menjadi ajang bertukar gagasan pembaruan agama, pendidikan, dan semangat nasionalisme, memperkuat jaringan dunia Islam yang tersebar di empat benua.
5. Haji Modern: Digitalisasi, Globalisasi, dan Harmoni Dunia
Kini, haji memasuki era digitalisasi dan globalisasi. Arab Saudi melakukan transformasi besar:
Infrastruktur modern—perluasan Masjidil Haram, jembatan Jamarat bertingkat, dan jalur kereta cepat.
Sistem visa elektronik (e-visa, Nusuk), barcode, dan pendaftaran daring memperketat sekaligus memudahkan akses.
Pengelolaan jutaan jamaah kini didukung teknologi tinggi—CCTV, drone, hingga pemantauan real time demi keamanan.
Haji menjadi peristiwa spiritual dan budaya terbesar di dunia. Tidak ada perayaan agama lain yang bisa menyamai skala, keragaman, serta pesan persatuan dan kemanusiaan yang hadir di Makkah setiap tahun.
Haji adalah ibadah yang telah menapaki lintasan sejarah dunia: dari Nabi Ibrahim hingga era digital, dari jejak kaki unta hingga pesawat supersonik. Haji adalah saksi perubahan budaya, spiritual, dan bukti nyata persatuan manusia dalam tauhid.
Sudahkah Anda menyiapkan kisah sendiri untuk menjadi bagian sejarah agung haji dunia?