Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...

Ibnu Abbas: Lautan Ilmu Islam, Penguasa Tafsir, dan Keteladanan Sepanjang Zaman

Ibnu Abbas adalah inspirasi nyata bahwa lautan ilmu, kebijaksanaan, dan ketulusan akan dikenang sepanjang zaman.

KISAH SAHABATSIRAH NABAWIYAHARTIKEL

Ibnu Khidhir

6/8/20254 min baca

Ibnu Abbas, atau Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib, adalah nama besar dalam sejarah keilmuan Islam. Ia tak hanya dikenal sebagai “Lautan Ilmu” (Hibrul Ummah) dan “Juru Tafsir” (Turjumanul Qur’an), tetapi juga sebagai sosok pembelajar sejati, negarawan yang amanah, dan guru besar para ulama setelahnya.

Kelahiran, Nasab, dan Masa Kecil

Ibnu Abbas lahir di Makkah, sekitar tiga tahun sebelum hijrah Nabi Muhammad ﷺ ke Madinah. Ia adalah sepupu Nabi, putra dari Abbas bin Abdul Muthalib—paman Rasulullah. Sejak kecil, Ibnu Abbas tumbuh dalam lingkungan keluarga Bani Hasyim yang penuh kasih sayang dan dukungan untuk menuntut ilmu.

Ibnu Abbas masuk Islam saat usia sangat muda, bahkan sebelum baligh. Ibunya, Ummu Fadhl Lubabah binti Al-Harits, termasuk wanita pertama yang masuk Islam. Ia tumbuh di dekat Nabi ﷺ dan sering hadir dalam berbagai majelis, baik ketika di rumah maupun masjid.

Doa Khusus dari Rasulullah SAW

Salah satu kisah paling terkenal dari masa kecil Ibnu Abbas adalah ketika Nabi Muhammad ﷺ mendoakannya secara khusus:

“Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya tafsir Al-Qur’an.”
(HR. Ahmad, Al-Hakim)

Doa inilah yang membuka pintu keilmuan luar biasa bagi Ibnu Abbas. Banyak ulama menyebut, kecerdasan, keluasan ilmu, dan ketajaman pemahaman Ibnu Abbas adalah buah dari doa ini.

Perjalanan Menuntut Ilmu: Haus Pengetahuan Tanpa Malu Bertanya

Ibnu Abbas dikenal sangat tekun menuntut ilmu sejak belia. Karena masih muda, ia tidak selalu bisa ikut dalam setiap peristiwa penting, seperti Perang Badar. Namun, ia tidak putus asa.
Setiap selesai shalat, Ibnu Abbas duduk di masjid dan menunggu para sahabat senior keluar, lalu ia bertanya tentang hadis, peristiwa, atau ayat yang belum ia ketahui. Seringkali, ia mendatangi rumah sahabat-sahabat Nabi yang lebih tua, menunggu mereka bangun, dan bersabar di depan pintu tanpa mengganggu.

Ibnu Abbas juga dikenal suka berkumpul dengan teman sebayanya untuk sama-sama belajar dan saling mengingatkan hadits Nabi ﷺ yang mereka dengar. Ketika teman-temannya bertanya, “Mengapa engkau repot-repot mengumpulkan hadits, padahal para sahabat senior masih hidup?” Ibnu Abbas menjawab,

“Ilmu itu akan diwariskan, dan kelak para sahabat akan pergi. Maka aku harus menyiapkan bekal sebelum terlambat.”

Adab dalam Bertanya dan Rendah Hati dalam Ilmu

Meskipun statusnya sepupu Rasulullah, Ibnu Abbas sangat tawadhu’. Ia tak segan duduk bersama sahabat-sahabat senior seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit. Ibnu Abbas akan bertanya, mencatat, dan menghafal jawaban-jawaban mereka.

Ia juga tidak malu mengakui jika belum tahu. Ibnu Abbas sering berkata, “Jika aku tidak tahu, maka aku akan mengatakan ‘Allah lebih tahu’.”
Sikap terbuka, adab sopan, dan kegigihan Ibnu Abbas dalam mencari ilmu menjadi teladan abadi bagi para penuntut ilmu.

Keahlian dalam Tafsir Al-Qur’an dan Hadits

Ibnu Abbas mendapat julukan Turjumanul Qur’an karena kemampuannya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan sangat mendalam. Ia memahami sebab turunnya ayat (asbabun nuzul), makna bahasa Arab, serta korelasi antara ayat dengan sejarah dan hadis.

Metode tafsir Ibnu Abbas banyak diikuti oleh ulama klasik dan modern:

  • Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (tafsir ayat dengan ayat)

  • Menafsirkan ayat dengan hadits Nabi

  • Merujuk pada penjelasan sahabat yang hadir langsung dalam peristiwa turunnya ayat

Ibnu Abbas meriwayatkan ribuan hadits dari Nabi Muhammad ﷺ, baik langsung maupun melalui sahabat lain. Fatwa dan penjelasannya sering menjadi rujukan utama dalam kitab-kitab tafsir dan fiqih sepanjang sejarah Islam.

Makna Surat An-Nasr Menurut Ibnu Abbas

Salah satu kontribusi intelektual Ibnu Abbas yang sangat dikenal adalah penafsirannya terhadap Surat An-Nasr.
Ketika Allah berfirman:

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan...”

Sebagian besar sahabat menafsirkan ayat ini sebagai kabar kemenangan Islam. Namun Ibnu Abbas, yang waktu itu masih muda, menangkap pesan mendalam: surat ini adalah isyarat bahwa Rasulullah ﷺ akan segera wafat setelah tugas dakwahnya selesai.
Pemahaman Ibnu Abbas ini diakui Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya sebagai bukti kecerdasan dan kedalaman tafsirnya.
Ibnu Abbas juga dikenal sebagai sahabat yang paling peka terhadap makna isyarat dan petunjuk ilahi dalam Al-Qur’an.

Ibnu Abbas dalam Majelis Khulafaur Rasyidin

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Ibnu Abbas sering diundang dalam majelis khusus bersama para sahabat senior. Umar sering meminta pendapat Ibnu Abbas dalam urusan tafsir, fiqih, dan hukum.
Suatu ketika, para sahabat bertanya, “Mengapa Umar mengikutsertakan anak muda di majelis ini?” Umar menjawab,

“Dia memiliki ilmu dan pemahaman yang luar biasa.”

Ibnu Abbas pun beberapa kali diminta memberi fatwa dalam perkara hukum, terutama ketika terjadi perbedaan pendapat di antara para sahabat.

Kiprah Politik: Menjadi Gubernur Basrah

Selain dikenal sebagai ulama dan ahli tafsir, Ibnu Abbas juga pernah menjabat sebagai gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Sebagai gubernur, Ibnu Abbas dikenal tegas, adil, namun tetap rendah hati. Ia sering memberi ceramah di masjid, membimbing masyarakat tentang tafsir dan hukum Islam. Di tengah gejolak politik dan fitnah yang menimpa umat Islam, Ibnu Abbas tetap menjaga netralitas dan integritasnya. Ia dikenal tidak mudah terseret arus politik praktis, tetap berfokus pada pendidikan dan dakwah.

Selama masa jabatannya, Basrah berkembang menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan kajian tafsir Al-Qur’an terbesar di dunia Islam. Banyak tabi’in dan ulama besar yang lahir dari majelis-majelis ilmu Ibnu Abbas di Basrah.

Masa Tua dan Warisan Ilmu di Thaif

Menjelang masa tuanya, Ibnu Abbas memilih tinggal di Thaif. Di sana, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengajar, menulis, dan mendidik generasi muda. Murid-muridnya berdatangan dari berbagai penjuru negeri untuk menimba ilmu.

Ibnu Abbas wafat pada tahun 68 H di Thaif. Jenazahnya dishalatkan oleh banyak ulama, tokoh, dan pelajar yang sangat mencintai dan menghormatinya. Ia meninggalkan warisan ilmu yang luar biasa: ribuan riwayat tafsir, fatwa, dan hadits yang terus dipelajari hingga hari ini.

Adab dan Semangat Belajar: Inspirasi Sepanjang Masa

Kisah Ibnu Abbas menjadi contoh bahwa ilmu harus dikejar dengan kerendahan hati, kesabaran, dan semangat belajar seumur hidup. Ia tidak hanya belajar dari satu guru, tapi dari siapa saja yang punya ilmu, tanpa memandang usia atau kedudukan.
Ia juga mengajarkan pentingnya bertanya dengan sopan, mencatat jawaban, dan membagikan ilmu kepada orang lain tanpa lelah.

Ibnu Abbas adalah inspirasi nyata bahwa lautan ilmu, kebijaksanaan, dan ketulusan akan dikenang sepanjang zaman.

Temukan kisah sahabat inspiratif, kajian tafsir Al-Qur’an, dan sejarah Islam populer lainnya hanya di website ini!