Jangan lewatkan paket umrah promo spesial bulan oktober tahun 2025...

Sejarah dan Tradisi Penggantian Kiswah Ka’bah

Pelajari sejarah dan proses penggantian Kiswah Ka’bah, dari masa Nabi hingga tradisi 1 Muharram di era modern. Kiswah sebagai simbol tauhid dan persatuan Islam.

BLOGSEJARAHSIRAH NABAWIYAHARTIKEL

Ibnu Khidhir

6/20/20254 min baca

Ka’bah di Makkah bukan hanya pusat ritual haji, melainkan juga simbol persatuan, tauhid, dan kemuliaan peradaban Islam. Salah satu tradisi terpenting yang membalut sakralitas Ka’bah adalah penggantian kiswah—kain hitam bertuliskan ayat suci yang setiap tahun dikenakan Ka’bah sebagai “busana” kehormatan. Tradisi ini sarat sejarah, filosofi, dan kini memasuki babak baru: penggantian kiswah dilakukan setiap 1 Muharram, awal tahun Hijriyah.

Bagaimana kiswah bermula, siapa saja yang berperan sepanjang sejarah, dan apa makna perubahan tanggal ini? Artikel ini mengupas perjalanan kiswah dari zaman Nabi Ibrahim hingga prosesi modern yang selalu menggetarkan hati umat Islam.

1. Awal Mula Kiswah: Dari Tradisi Ibrahim hingga Zaman Jahiliyah

Sejarah kiswah berawal sejak Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS atas perintah Allah (QS. Ali Imran: 96). Namun pada masa itu, Ka’bah belum mengenakan penutup khusus sebagaimana sekarang. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa tradisi menutupi Ka’bah dengan kain berkembang secara bertahap di masyarakat Arab, terutama sebagai tanda penghormatan terhadap rumah suci Allah.

Menurut Al-Azraqi dalam Akhbar Makkah, orang pertama yang benar-benar memberi penutup kain (kiswah) pada Ka’bah adalah Tubba’ Al-Himyari, penguasa Yaman dari suku Himyar. Ia memberikan kain mahal, lalu tradisi ini diikuti oleh para pemimpin Arab dan Quraisy. Pada masa sebelum Islam, kiswah sering kali diganti sesuai kemampuan dan kebanggaan kabilah: kadang terbuat dari kulit, wol, bahkan katun Mesir—dan kerap terjadi perlombaan siapa yang menyumbangkan kiswah terbaik.

Tradisi penggantian kiswah pada masa jahiliyah juga bernilai sosial-ekonomi: para saudagar Quraisy, sebagai penjaga Ka’bah, bangga jika kiswah berasal dari hasil usaha mereka. Kiswah menjadi penanda status sosial, sekaligus mengingatkan suku-suku Arab akan keistimewaan Makkah sebagai tanah haram.

2. Penggantian Kiswah di Masa Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin

Datangnya Islam membawa ruh baru pada tradisi kiswah. Setelah Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), Rasulullah SAW memerintahkan penggantian kiswah lama yang dianggap sudah tercemar najis masa jahiliyah. Dalam Sirah Ibnu Hisyam dan Al-Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir, disebutkan Nabi memilih kain berkualitas dari Yaman sebagai kiswah baru Ka’bah, dan mengganti setiap kali terlihat perlu (biasanya setiap tahun).

Tradisi ini berlanjut pada masa para khalifah. Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan adalah tokoh yang menandai era baru kiswah dengan mengimpor kain khusus dari Mesir (qibtiyyah), menjadikan kiswah lebih indah dan megah. Kiswah mulai dihias kaligrafi dan sulaman sederhana, menandai masa transisi menuju kemegahan yang kini kita kenal.

Pada era kekhalifahan besar—Umayyah, Abbasiyah, hingga Utsmaniyah—kiswah diproduksi di pusat-pusat seni tekstil dunia Islam (Mesir, Irak, bahkan India). Setiap pergantian kiswah menjadi momen sakral, diiringi upacara resmi, pembagian potongan kiswah lama sebagai berkah (tabarruk), dan penegasan status Ka’bah sebagai pusat dunia Islam.

3. Proses Pembuatan dan Prosesi Penggantian Kiswah di Era Modern

Memasuki era Saudi, proses pembuatan kiswah menjadi modern dan terpusat. Pabrik Kiswah Ka’bah didirikan di Makkah sejak 1927, kini bernama Kompleks Raja Abdul Aziz untuk Kiswah Ka’bah. Di sinilah kiswah diproduksi setiap tahun, menggunakan sutra murni (lebih dari 670 kg) dan benang emas-perak (lebih dari 120 kg). Kain hitam panjangnya sekitar 14 meter, beratnya bisa hampir satu ton!

Pembuatan kiswah melibatkan ratusan pengrajin terlatih. Ayat-ayat suci, kaligrafi, dan sulaman motif rumit dikerjakan dengan teknologi dan teknik tradisional. Kiswah menjadi karya seni tekstil Islam terbesar di dunia, sekaligus penanda keagungan rumah Allah.

Penggantian kiswah kini berlangsung setiap 1 Muharram (sejak 2022), menggantikan tradisi lama yang dilakukan pada 9 Dzulhijjah. Pemerintah Saudi memutuskan perubahan ini demi kelancaran, keamanan, dan simbol tahun baru Islam. Pada hari penggantian, tim khusus Masjidil Haram bekerja khidmat memasang kiswah baru di bawah pengawasan para pejabat dan ulama. Kiswah lama kemudian dipotong dan diberikan ke museum, lembaga, atau tamu negara sebagai simbol penghormatan.

4. Kiswah: Simbol Tauhid, Persatuan, dan Diplomasi Dunia Islam

Mengapa kiswah begitu sakral? Lebih dari sekadar kain penutup, kiswah adalah simbol tauhid—berisi ayat-ayat Al-Qur’an tentang keesaan Allah, keagungan Ka’bah, dan doa perlindungan. Kiswah juga menjadi pengingat persatuan umat Islam: jutaan jamaah, dari penjuru dunia, berdoa di hadapan Ka’bah yang berbalut kiswah hitam bertuliskan kaligrafi emas.

Sepanjang sejarah, negara-negara Muslim merasa bangga jika berkontribusi pada pembuatan kiswah. Pada era Abbasiyah dan Utsmaniyah, pengiriman kiswah diiringi konvoi besar, iringan doa dan syair, bahkan kadang menjadi ajang diplomasi antar negara Islam. Kiswah lama dibagikan ke penjuru negeri sebagai tabarruk, diyakini membawa berkah dan perlindungan—meski sekarang praktik ini dikontrol ketat untuk mencegah komersialisasi.

5. Kontroversi, Cerita Mistis, dan Transformasi Abad 21

Sepanjang sejarahnya, kiswah menyimpan banyak cerita: dari rebutan potongan kiswah oleh jamaah, insiden pencurian, hingga kisah mistis bahwa kiswah lama selalu tercium harum dan ‘menghangatkan’ Ka’bah (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah). Tak jarang juga muncul kontroversi—misalnya sengketa diplomatik negara-negara Muslim soal hak pengiriman kiswah atau permintaan jatah potongan kiswah.

Di era modern, pembuatan, pemasangan, dan distribusi kiswah semakin transparan, terorganisir, dan profesional. Kini, kiswah bukan hanya lambang sakralitas Ka’bah, tetapi juga simbol teknologi, seni, ekonomi kreatif, dan kekuatan diplomasi dunia Islam.

Pergantian kiswah pada 1 Muharram memperkuat makna tahun baru Islam: Ka’bah memulai lembaran baru dengan pakaian baru, semoga menjadi inspirasi umat untuk selalu memperbarui iman dan tekad menapaki tahun yang suci.

Penggantian kiswah Ka’bah adalah tradisi agung, warisan lintas zaman, dan simbol kesatuan umat Islam. Dari era Nabi Ibrahim hingga sekarang, setiap helai kain kiswah menyimpan doa, harapan, dan sejarah peradaban dunia Islam.
Setiap 1 Muharram, dunia Islam menatap Ka’bah dengan rasa takjub: rumah Allah kini berbalut busana baru—tanda kebangkitan, kesucian, dan kekuatan tauhid yang terus menyala dari masa ke masa.

Referensi Utama:

  • Akhbar Makkah (Al-Azraqi)

  • Sirah Ibnu Hisyam

  • Al-Bidayah wan Nihayah (Ibnu Katsir)

  • Al-Rahiq Al-Makhtum

  • Saudi Press Agency (SPA)

  • Haramainsharifain.com

  • Kementerian Urusan Dua Masjid Suci, Arab Saudi