Sejarah Pasar Ukaz: Pusat Peradaban, Syair, dan Dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Sejarah Pasar Ukaz sebagai pusat perdagangan, syair, dan diplomasi Arab pra-Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdakwah di pasar ini, menjadikannya simbol transformasi budaya menuju Islam.
SEJARAH ISLAMBLOGSEJARAHEKONOMIINSPIRASISIRAH NABAWIYAHARTIKEL
Ibnu Khidhir
10/17/20254 min baca


Pasar yang Menjadi Panggung Peradaban
Pasar Ukaz bukan sekadar arena jual beli, melainkan salah satu pusat budaya paling berpengaruh di jazirah Arab. Di tempat ini, ribuan manusia berkumpul setiap tahun: pedagang, penyair, pemuka suku, dan para musafir. Suasananya mirip dengan “expo internasional” zaman modern, di mana ekonomi, seni, dan politik saling bertemu.
Namun, yang membuat Pasar Ukaz begitu istimewa bagi umat Islam adalah fakta bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menghadirkan dakwahnya di sana. Di tengah hiruk-pikuk syair jahiliyah dan transaksi dagang, beliau menyeru manusia kepada kalimat tauhid. Maka, sejarah Ukaz tidak hanya penting bagi orang Arab, tetapi juga bagi sejarah lahirnya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Letak dan Lokasi Pasar Ukaz
Secara geografis, Pasar Ukaz terletak di antara Makkah dan Thaif, lebih tepatnya di sebuah lembah yang sekarang dikenal dengan nama Wadi Ukaz, di Provinsi Makkah, sekitar 40 kilometer arah timur laut Kota Thaif dan kurang lebih 80 kilometer dari Kota Makkah. Lokasinya strategis karena berada di jalur kafilah dagang yang melintasi rute Yaman–Syam dan wilayah Hijaz.
Hari ini, lokasi Pasar Ukaz masih bisa dikunjungi. Pemerintah Arab Saudi bahkan menghidupkan kembali tradisinya melalui Festival Souq Okaz yang diadakan setiap tahun di sekitar Thaif. Festival ini menampilkan seni tradisional, syair Arab klasik, hingga pameran kerajinan tangan, seolah menghidupkan kembali suasana pasar ribuan tahun silam.
Letak geografis inilah yang membuat Ukaz menjadi pusat pertemuan berbagai kabilah. Tidak hanya orang Quraisy, tetapi juga kabilah Hawazin, Thaqif, dan bahkan musafir dari Yaman dan Irak kerap datang ke sini. Dengan demikian, Ukaz menjadi simpul ekonomi dan sosial bagi seluruh jazirah Arab.
Ukaz sebagai Pusat Ekonomi Pra-Islam
Setiap tahun, pasar ini dibuka pada bulan Dzulqa’dah dan berlangsung selama sekitar 20 hari. Waktu ini dipilih karena termasuk bulan haram, di mana peperangan antar-suku dilarang. Hal ini menjamin keamanan para pedagang yang datang dari jauh.
Barang-barang dagangan yang diperjualbelikan sangat beragam: kain dari Yaman dan Persia, rempah-rempah dari India, perhiasan dari Syam, kulit, kurma, hingga kuda Arab yang terkenal tangguh. Transaksi tidak hanya dalam bentuk barter, tetapi juga menggunakan dinar (emas) dan dirham (perak).
Keberadaan Ukaz sebagai pasar besar juga membantu menguatkan posisi ekonomi Quraisy. Sebagaimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an:
لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ
“Karena kebiasaan orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (QS. Quraisy: 1-2)
Pasar Ukaz adalah bagian dari “ritual dagang” Quraisy yang kemudian menopang pengaruh mereka di jazirah Arab. Namun, di balik gegap gempita ekonomi ini, Ukaz juga menjadi simbol budaya jahiliyah yang kelak ditantang oleh Islam.
Ukaz: Panggung Syair dan Retorika
Salah satu daya tarik terbesar Pasar Ukaz adalah perlombaan syair. Para penyair terbaik dari seluruh jazirah datang untuk melantunkan qasidah mereka. Penyair yang berhasil memukau khalayak akan diangkat derajatnya, bahkan kabilahnya akan memperoleh kehormatan.
Tradisi ini begitu penting hingga karya terbaik disebut Mu‘allaqat — syair yang ditulis dengan tinta emas dan digantung di Ka‘bah. Syair-syair ini bukan sekadar puisi indah, melainkan juga sarana propaganda politik, penyebaran nilai-nilai moral, hingga penyulut peperangan.
Salah satu qasidah terkenal dari pasar ini adalah karya penyair Imru’ al-Qais, yang menggambarkan kegagahan, cinta, dan kebanggaan kesukuan. Maka, tidak heran jika pasar ini dijuluki sebagai “universitas terbuka” bangsa Arab pra-Islam, karena dari sini lahir peradaban sastra yang mendominasi dunia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Dakwah di Ukaz
Setelah diutus menjadi Rasul, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membatasi dakwah hanya di Makkah. Beliau memanfaatkan momen berkumpulnya manusia, termasuk di Pasar Ukaz, untuk menyampaikan Islam.
Dalam riwayat disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berjalan dari tenda ke tenda, menyeru para kabilah:
“Wahai Bani Fulan, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, aku menyeru kalian agar kalian menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya, serta beriman kepadaku.”
Namun, Abu Lahab sering mengikuti beliau dari belakang, memperingatkan orang-orang agar tidak mendengar seruan Nabi. Meski demikian, ada juga yang diam-diam tertarik dengan ajaran beliau, sehingga benih Islam menyebar sedikit demi sedikit.
Peristiwa ini menunjukkan betapa strategisnya Ukaz sebagai sarana dakwah. Dengan sekali datang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bisa menjangkau puluhan kabilah sekaligus. Meskipun banyak penolakan, strategi ini menjadi pondasi bagi perkembangan dakwah Islam di luar Makkah.
Keunikan Ukaz: Pertemuan Budaya dan Politik
Ukaz tidak hanya pasar dagang dan arena syair, tetapi juga menjadi ruang diplomasi antar-suku. Di sinilah perjanjian dagang, gencatan senjata, bahkan aliansi politik sering dilakukan. Dengan kata lain, Ukaz adalah “parlemen terbuka” bangsa Arab.
Kehadiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di pasar ini sekaligus memperlihatkan kebijaksanaan beliau: Islam tidak datang dengan mengasingkan diri, melainkan hadir di tengah denyut kehidupan masyarakat. Beliau membawa dakwah ke titik sentral di mana manusia berkumpul, berbicara, dan bertransaksi.
Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Ukaz dan Transformasi Budaya Arab
Ketika Islam datang, tradisi syair dan retorika tidak dihapus, melainkan diarahkan. Dari pasar Ukaz yang semula menjadi tempat pamer kehebatan duniawi, Islam mengubah syair menjadi sarana dakwah. Banyak penyair Muslim setelahnya, seperti Hassan bin Tsabit, yang membela Islam dengan lantunan qasidah.
Dengan demikian, Ukaz menjadi saksi perubahan besar: dari pasar jahiliyah menuju peradaban Islam yang menjunjung tinggi akhlak dan tauhid. Jika sebelumnya kebanggaan kabilah diukur dari keindahan syair, maka setelah Islam, kehormatan ditentukan oleh iman dan amal saleh.
Pasar Ukaz di Zaman Modern
Hari ini, lokasi Wadi Ukaz dihidupkan kembali melalui festival tahunan di Thaif, Arab Saudi. Festival ini menampilkan lomba syair, pameran seni, kerajinan tangan, hingga drama sejarah yang menggambarkan kehidupan bangsa Arab tempo dulu.
Bagi wisatawan Muslim, kunjungan ke Ukaz bukan sekadar wisata budaya, melainkan juga napak tilas sejarah dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tempat ini menjadi saksi perjuangan beliau di masa awal Islam, ketika dakwah masih mendapat banyak penolakan, tetapi semangat beliau tidak pernah padam.
Ukaz sebagai Simbol Dakwah dan Peradaban
Pasar Ukaz adalah bukti bahwa Islam lahir di tengah denyut kehidupan nyata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berdakwah di ruang sunyi, melainkan di pusat perdagangan, seni, dan diplomasi bangsa Arab.
Ukaz mengingatkan kita bahwa dakwah Islam selalu relevan: ia hadir di tengah budaya, menyapa manusia dengan hikmah, lalu menuntunnya kepada cahaya kebenaran. Dari pasar inilah, benih dakwah yang kecil tumbuh menjadi peradaban besar yang menerangi dunia.
Baca Juga:
>>Perjalanan Lintas Waktu: Festival Souq Ukaz di Arab Saudi
>>Keindahan Tersembunyi di Kota Taif, Makkah, Saudi Arabia
>>Kisah Inspiratif Perjalanan Haji Ibnu Battuta
>>Mengapa Nabi Hijrah Ke Madinah?
>>Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
>>Manasik Umrah Lengkap 2025: Panduan Doa, Tata Cara, dan Tips Jamaah
>>Niat Umrah Bersyarat: Doa Arab, Terjemahan, dan Penjelasan Lengkap
>>Fast Track Raudhah: Apa Itu, Cara Daftar, dan Keuntungan bagi Jamaah
>>Rahasia Bisa Masuk Raudhah Lebih dari Sekali dalam Sehari
>>Misteri dan Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
>>Panduan Aplikasi Nusuk 2025: Cara Daftar, Booking Raudhah, dan Fast Track
>>Bolehkah Perempuan Melaksanakan Umrah Saat Haid? Begini Penjelasan Ulama
>>Berapakah Tarif Biaya Badal Umrah 2025?
>>Mengapa Umrah Disebut Haji Kecil? Ini Dia Sejarahnya!
>>Inilah Alasan Mengapa Ka'bah Dipenuhi Oleh Berhala Pada Masa Jahiliyah!
