Apa Bedanya Haji dan Umrah? Sejarah Singkat dan Tata Cara yang Mendasar
Artikel ini membahas perbedaan mendasar antara haji dan umrah, mulai dari sejarah asal-usulnya sejak masa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam hingga penyempurnaan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, serta tata cara pelaksanaannya dalam ajaran Islam.
ARTIKELBLOGFIQHUMRAH MANDIRIMANASIKTIPS
Ibnu Khidhir
11/21/20254 min baca


Bagi umat Islam, Makkah adalah pusat kerinduan spiritual. Setiap Muslim mendambakan kesempatan untuk mengunjungi Tanah Suci dan melaksanakan ibadah yang menjadi puncak ketaatan, yaitu haji dan umrah. Sekilas, keduanya tampak serupa karena sama-sama dilakukan di Masjidil Haram, mengenakan pakaian ihram, dan mengelilingi Ka’bah. Namun, di balik kesamaan itu terdapat perbedaan mendasar baik dalam sejarah, waktu pelaksanaan, hukum, maupun tata cara ibadahnya.
Haji adalah salah satu dari rukun Islam yang wajib dilaksanakan bagi Muslim yang mampu, sedangkan umrah merupakan ibadah yang serupa namun lebih ringan dan bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Untuk memahami perbedaan keduanya secara utuh, kita perlu menelusuri akar sejarahnya dari zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam hingga masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
1. Asal-Usul Haji: Panggilan dari Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam
Sejarah haji bermula dari kisah agung Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Allah memerintahkannya untuk meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Isma‘il, di lembah tandus Makkah. Dari kisah inilah lahir ritual Sa’i antara bukit Shafa dan Marwah, yang meneladani perjuangan Hajar mencari air untuk anaknya hingga akhirnya Allah menurunkan air zamzam.
Beberapa tahun kemudian, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan putranya Isma‘il untuk mendirikan Ka‘bah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan berfirman): Janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, orang-orang yang beribadah, dan orang-orang yang ruku‘ serta sujud.”
(QS. Al-Hajj: 26)
Setelah selesai membangun Ka‘bah, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyeru manusia agar melaksanakan haji:
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan dengan mengendarai unta yang kurus; mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.”
(QS. Al-Hajj: 27)
Sejak saat itu, haji menjadi simbol tauhid dan kepasrahan kepada Allah. Namun, seiring waktu, kaum musyrikin Arab mencemari kesuciannya dengan praktik jahiliah. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus, beliau mengembalikan ibadah haji kepada bentuk aslinya sebagaimana diajarkan Nabi Ibrahim.
2. Sejarah Umrah: Ibadah Sepanjang Tahun
Berbeda dengan haji, umrah berarti “berkunjung” ke Baitullah dan melaksanakan beberapa rangkaian ibadah tertentu. Umrah juga sudah dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, tetapi tidak sepopuler haji. Pada masa jahiliah, masyarakat Arab tetap melakukan thawaf, tetapi disertai kemusyrikan dan tradisi yang menyimpang.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian meluruskan pelaksanaan umrah. Momen penting terjadi pada tahun ke-6 Hijriah, saat beliau dan para sahabat berangkat dari Madinah untuk melaksanakan umrah. Namun, mereka dihalangi oleh kaum Quraisy hingga terjadilah Perjanjian Hudaibiyyah. Dalam perjanjian itu disepakati bahwa kaum Muslimin akan kembali dan melaksanakan umrah pada tahun berikutnya.
Maka pada tahun ke-7 Hijriah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat menunaikan Umrah Qadha (umrah pengganti) sebagai bentuk pelaksanaan perjanjian tersebut. Dari sinilah, tata cara umrah menjadi jelas dan sempurna, lalu beliau menegaskan kembali seluruh manasik pada Haji Wada‘ (Haji Perpisahan) di tahun ke-10 Hijriah.
3. Perbedaan Waktu dan Kewajiban
Perbedaan pertama yang paling jelas antara haji dan umrah terletak pada waktu pelaksanaan:
Haji hanya dapat dilakukan pada bulan-bulan tertentu, yaitu Syawal, Dzulqa‘dah, dan Dzulhijjah, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:
“(Musim) haji itu (berlangsung pada) beberapa bulan yang telah dimaklumi.”
(QS. Al-Baqarah: 197)Umrah dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun tanpa batasan waktu.
Dari sisi hukum, haji adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik dan finansial, berdasarkan firman Allah:
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.”
(QS. Ali ‘Imran: 97)
Sementara itu, hukum umrah menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama:
Imam Asy-Syafi‘i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa umrah wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat bahwa umrah adalah sunnah muakkadah, sangat dianjurkan namun tidak wajib.
4. Perbedaan Tata Cara Pelaksanaan
Meskipun haji dan umrah sama-sama dimulai dengan niat ihram dan thawaf di Ka‘bah, rangkaian manasik keduanya berbeda.
Rukun Umrah:
Niat ihram dari miqat,
Thawaf (mengelilingi Ka‘bah tujuh kali),
Sa‘i antara Shafa dan Marwah,
Tahallul (mencukur atau memendekkan rambut).
Rukun Haji:
Niat ihram,
Wukuf di Arafah,
Thawaf Ifadhah,
Sa‘i,
Tahallul,
Tertib (berurutan).
Perbedaan paling utama terdapat pada wukuf di Arafah, yang menjadi inti ibadah haji. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Haji itu adalah wukuf di Arafah.”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Selain itu, dalam haji terdapat amalan tambahan seperti mabit di Muzdalifah dan Mina, serta melontar jumrah, yang tidak terdapat dalam ibadah umrah.
Dua Jalan Menuju Penghambaan
Baik haji maupun umrah memiliki tujuan yang sama — mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani perjalanan para nabi. Haji adalah puncak ketaatan yang wajib bagi yang mampu, sedangkan umrah adalah kesempatan untuk terus memperbarui keimanan sepanjang tahun. Keduanya merupakan warisan spiritual dari Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang mengajarkan tauhid, kesabaran, dan kepasrahan total kepada kehendak Allah.
Dengan memahami sejarah dan perbedaan mendasarnya, setiap Muslim dapat melaksanakan keduanya dengan lebih sadar, khusyuk, dan penuh makna — menjadikan perjalanan ke Tanah Suci bukan sekadar ritual, tetapi juga perjalanan hati menuju keridaan Ilahi.
Baca Juga:
>>Perjalanan Lintas Waktu: Festival Modern Souq Ukaz di Arab Saudi
>>Keindahan Tersembunyi di Kota Taif, Makkah, Saudi Arabia
>>Kisah Inspiratif Perjalanan Haji Ibnu Battuta
>>Mengapa Nabi Hijrah Ke Madinah? Ini Alasannya!
>>Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
>>Manasik Umrah Lengkap 2025: Panduan Doa, Tata Cara, dan Tips Jamaah
>>Niat Umrah Bersyarat: Doa Arab, Terjemahan, dan Penjelasan Lengkap
>>Fast Track Raudhah: Apa Itu, Cara Daftar, dan Keuntungan bagi Jamaah
>>Rahasia Bisa Masuk Raudhah Lebih dari Sekali dalam Sehari
>>Misteri dan Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah
>>Panduan Aplikasi Nusuk 2025: Cara Daftar, Booking Raudhah, dan Fast Track
>>Bolehkah Perempuan Melaksanakan Umrah Saat Haid? Begini Penjelasan Ulama
>>Berapakah Tarif Biaya Badal Umrah 2025?
>>Mengapa Umrah Disebut Haji Kecil? Ini Dia Sejarahnya!
>>Inilah Alasan Mengapa Ka'bah Dipenuhi Oleh Berhala Pada Masa Jahiliyah!
