Ini Dia Masjid-Masjid Tertua di Dunia: Dari Quba hingga Cordoba

Telusuri kisah empat masjid bersejarah yang membentuk peradaban Islam: dari Masjid Quba di Madinah, Masjid Nabawi, Masjid Umayyah di Damaskus, hingga Masjid Agung Cordoba di Andalusia — warisan agung yang menyatukan iman, ilmu, dan keindahan.

SEJARAH ISLAMSEJARAHINSPIRASIARTIKELWISATA RELIGIEROPAASIA

Ibnu Khidhir

10/12/20255 min baca

Dari Quba hingga Cordoba

Dalam perjalanan panjang sejarah Islam, masjid selalu menjadi jantung peradaban — tempat di mana sujud dan ilmu bertemu, di mana doa naik ke langit bersamaan dengan lahirnya gagasan yang menerangi dunia. Dari tanah tandus Madinah hingga lembah subur Andalusia, jejak masjid adalah jejak kemajuan spiritual dan intelektual umat Islam. Setiap batu, setiap lengkung kubah, menyimpan kisah tentang iman, perjuangan, dan kebangkitan peradaban.

Kisah ini dimulai di padang pasir sederhana di Madinah, di mana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membangun masjid pertama dalam sejarah Islam: Masjid Quba. Dari sana, perjalanan berlanjut ke Masjid Nabawi, tempat umat Islam belajar arti kepemimpinan dan persaudaraan. Lalu, seiring berjalannya waktu, cahaya Islam menyebar ke Syam dengan berdirinya Masjid Umayyah di Damaskus, sebelum akhirnya mencapai puncak keindahan dan intelektual di barat, di Masjid Agung Cordoba — permata Andalusia yang hingga kini masih berdiri megah sebagai saksi kejayaan Islam.

1. Masjid Quba — Awal Cahaya dari Hijrah

Masjid Quba adalah simbol awal peradaban Islam. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membangunnya segera setelah hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M. Di tempat itulah beliau menetap selama beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan menuju pusat kota Madinah. Quba menjadi pondasi peradaban Islam pertama, dibangun di atas dasar keimanan, bukan kekuasaan.

Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

"Barang siapa berwudhu di rumahnya kemudian datang ke Masjid Quba dan salat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala umrah."

Masjid Quba dibangun secara sederhana dari batu dan lumpur. Namun kesederhanaan itu justru menjadi cermin kemurnian iman. Para sahabat ikut serta mengangkat batu, Rasulullah sendiri bekerja bersama mereka — sebuah simbol bahwa peradaban Islam lahir dari kerja sama dan ketulusan. Quba bukan hanya bangunan, tetapi titik awal peradaban spiritual yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Kini, Masjid Quba telah diperluas dengan arsitektur modern yang megah, namun tetap mempertahankan keaslian dan kesakralannya. Setiap tahun, jutaan jamaah haji dan umrah menyempatkan diri datang ke sini, melaksanakan salat sunnah, dan mengenang momen bersejarah hijrah Nabi shallallahu alaihi wasallam. Di sinilah, 14 abad yang lalu, Islam memulai langkah peradaban yang tak pernah surut.

2. Masjid Nabawi — Jantung Peradaban Islam di Madinah

Beberapa kilometer dari Quba, berdirilah Masjid Nabawi, masjid kedua yang dibangun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dibangun segera setelah beliau tiba di Madinah, masjid ini menjadi pusat kehidupan umat Islam: tempat ibadah, majelis ilmu, musyawarah, bahkan markas pemerintahan.

Masjid Nabawi bukan hanya rumah Allah, tetapi juga tempat lahirnya konsep negara Islam pertama. Di sinilah Piagam Madinah disusun, ukhuwah antara Muhajirin dan Anshar ditegakkan, dan strategi dakwah disusun dengan penuh kebijaksanaan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjadikan masjid ini tempat menanam nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan ilmu.

Masjid Nabawi juga menyimpan tempat yang paling mulia di muka bumi setelah Ka’bah — Raudhah, yang disebut Rasulullah sebagai taman surga di bumi. Di antara rumah beliau dan mimbar terdapat area yang disebut Rawdhah min Riyadh al-Jannah, tempat yang diyakini mustajab untuk berdoa. Hingga kini, setiap jamaah umrah dan haji meneteskan air mata haru ketika berdoa di sana, menyadari bahwa di tempat itulah jejak langkah Rasulullah pernah berpijak.

Keindahan spiritual Masjid Nabawi tidak hanya terletak pada arsitekturnya yang menakjubkan, tetapi juga pada ketenangan yang dirasakan setiap pengunjungnya. Cahaya lembut dari payung raksasa yang terbuka setiap pagi, lantunan zikir dari jamaah seluruh dunia, dan aroma sejuk dari karpet masjid menjadi pengalaman yang tak tergantikan. Madinah, lewat Masjid Nabawi, tetap menjadi pusat cahaya Islam hingga hari ini.

3. Masjid Umayyah Damaskus — Simbol Transisi Kekuasaan dan Keilmuan

Dari Jazirah Arab, Islam kemudian meluas ke Syam. Di sana berdirilah salah satu masjid paling berpengaruh dalam sejarah arsitektur Islam: Masjid Umayyah di Damaskus. Didirikan oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik pada awal abad ke-8, masjid ini dibangun di atas reruntuhan kuil Romawi kuno dan gereja Bizantium — simbol transisi besar dari dunia lama menuju peradaban Islam.

Masjid Umayyah adalah cerminan keagungan awal Islam di luar Arabia. Kubah emasnya, dinding mosaiknya yang indah, dan halaman luasnya menjadi inspirasi bagi arsitektur Islam di berbagai belahan dunia. Di dalam masjid ini pula diyakini terdapat makam Nabi Yahya (John the Baptist), yang dihormati dalam Islam dan Kristen, menjadikan Damaskus sebagai titik pertemuan dua peradaban besar.

Lebih dari sekadar bangunan, Masjid Umayyah menjadi pusat ilmu dan pemerintahan pada masa Bani Umayyah. Di sinilah para ulama, ahli bahasa, dan cendekiawan berkumpul untuk mengembangkan ilmu tafsir, hadis, dan filsafat. Suasana Damaskus kala itu menggambarkan Islam sebagai peradaban ilmu, bukan sekadar kekuasaan.

Hingga kini, masjid ini tetap berdiri tegak, menyatukan sejarah panjang tiga peradaban: Romawi, Bizantium, dan Islam. Suara azan yang bergema dari menaranya setiap subuh seakan mengulang kisah lama, bahwa cahaya Islam pernah bersinar gemilang di jantung Syam.

4. Masjid Agung Cordoba — Permata Andalusia yang Tak Pernah Padam


Jika Masjid Quba adalah awal, maka Masjid Agung Cordoba adalah puncak dari perjalanan panjang peradaban Islam. Didirikan pada tahun 784 M oleh Khalifah Abdurrahman I dari Dinasti Umayyah di Andalusia, masjid ini menjadi simbol kejayaan ilmu dan budaya Islam di Eropa.

Cordoba saat itu adalah kota terbesar di Eropa, dengan jalan-jalan berpenerangan lampu minyak, rumah sakit, universitas, dan perpustakaan yang menyaingi Baghdad. Masjid Cordoba berdiri di jantung kota sebagai lambang kemajuan dan kemakmuran. Dengan 856 tiang marmer, lengkungan ganda merah-putih yang menakjubkan, serta mihrab berhias kaligrafi emas, masjid ini menjadi mahakarya seni Islam yang tak tertandingi.

Namun keindahan Masjid Cordoba bukan sekadar visual. Di sinilah para ulama seperti Ibnu Rushd (Averroes) dan Ibnu Hazm mengajarkan filsafat, hukum, dan sastra. Diskusi ilmiah sering berlangsung di serambi masjid, sementara di sekelilingnya berdiri madrasah dan perpustakaan yang menyimpan lebih dari 400.000 manuskrip. Cordoba adalah kota ilmu — dan masjidnya adalah universitas terbuka bagi semua pencari pengetahuan.

Meskipun kemudian diubah menjadi katedral setelah jatuhnya Andalusia pada 1492, keagungan masjid ini tetap menjadi bukti bahwa Islam pernah memimpin dunia dalam ilmu dan seni. Setiap lengkung batu dan ornamen mosaiknya masih memancarkan pesan yang sama: bahwa Islam membangun peradaban dengan pena dan doa, bukan pedang.

5. Dari Quba hingga Cordoba — Jejak Abadi Peradaban Islam

Empat masjid besar ini bukan sekadar bangunan suci; mereka adalah bab-bab sejarah yang menulis perjalanan Islam dari gurun hingga benua. Masjid Quba menandai permulaan iman, Masjid Nabawi menegakkan dasar pemerintahan dan ilmu, Masjid Umayyah melambangkan perluasan budaya dan pengetahuan, sementara Masjid Cordoba menunjukkan puncak harmoni antara spiritualitas dan intelektual.

Perjalanan ini adalah cerminan bagaimana Islam membangun peradaban dunia — berawal dari kesederhanaan di Madinah hingga mencapai kejayaan global di Andalusia. Setiap masjid berdiri sebagai saksi bahwa kekuatan Islam bukan pada senjata, tetapi pada ilmu, keadilan, dan keindahan.

Kini, ketika jutaan muslim menziarahi Madinah, Damaskus, atau Cordoba, mereka bukan hanya berkunjung ke tempat bersejarah, tetapi menapaki kembali jalur cahaya yang pernah menerangi dunia. Dari Quba hingga Cordoba, Islam mengajarkan bahwa peradaban sejati lahir dari ketulusan iman dan semangat untuk menebar ilmu serta kedamaian.


Baca Juga:
>>Perjalanan Lintas Waktu: Festival Modern Souq Ukaz di Arab Saudi
>>Keindahan Tersembunyi di Kota Taif, Makkah, Saudi Arabia
>>Kisah Inspiratif Perjalanan Haji Ibnu Battuta
>>Mengapa Nabi Hijrah Ke Madinah? Ini Alasannya!
>>Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah

>>Manasik Umrah Lengkap 2025: Panduan Doa, Tata Cara, dan Tips Jamaah
>>Niat Umrah Bersyarat: Doa Arab, Terjemahan, dan Penjelasan Lengkap
>>Fast Track Raudhah: Apa Itu, Cara Daftar, dan Keuntungan bagi Jamaah
>>Rahasia Bisa Masuk Raudhah Lebih dari Sekali dalam Sehari

>>Misteri dan Alasan Abrahah Ingin Menghancurkan Kabah

>>Panduan Aplikasi Nusuk 2025: Cara Daftar, Booking Raudhah, dan Fast Track
>>Bolehkah Perempuan Melaksanakan Umrah Saat Haid? Begini Penjelasan Ulama

>>Berapakah Tarif Biaya Badal Umrah 2025?
>>Mengapa Umrah Disebut Haji Kecil? Ini Dia Sejarahnya!
>>Inilah Alasan Mengapa Ka'bah Dipenuhi Oleh Berhala Pada Masa Jahiliyah!
>>Ini dia, 6 Kota di Dunia yang Menjadi Pusat Peradaban Islam